Sampah
menjadi persoalan besar bagi kota-kota besar, Berikut sedikit kisah keprihatinan
Yotty mendorong dirinya memodifikasi tempat pembakaran keramiknya menjadi
incinerator. Ada peluang yang bisa ditangkap. Russanti Lubis
Bandung
Lautan Sampah. Kini, bertambah satu lagi julukan ibukota Provinsi Jawa Barat
itu. Sampah-sampah, baik yang menumpuk hingga membentuk bukit maupun yang
bertebaran di sudut-sudut jalan, di kota yang mendapat julukan Parijs van Java
itu, tentu saja menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang lalat untuk
mengerumuninya. Ironisnya, sampah-sampah ini berdekatan dengan pasar, warung
makan, dan bahkan rumah sakit.
Kondisi
lingkungan yang tidak sehat ini, menimbulkan keprihatinan tersendiri di hati
Siti Djuhro, seorang pengrajin keramik Kondisi tersebut juga memunculkan ide di
benaknya, untuk memodifikasi tempat pembakaran keramiknya menjadi tempat
pembakaran sampah. “Kalau keramik saja dapat saya bakar dengan tempat
pembakaran keramik, masa sih sampah nggak bisa? Padahal, tidak berbeda cara
pemasangan burner, cerobong, dan relnya,” ujar, perempuan yang akrab disapa
Yotty ini.
Lantas,
empat tahun lalu, ia melalukan trial and error berulang kali, untuk menemukan
bentuk yang pas berikut spesifikasi tempat pembakaran sampah, seperti yang ia
mau. Setelah itu, ia menuangkannya dalam sketsa sehingga dapat diwujudkan dalam
bentuk nyata. Langkah terakhir yaitu menjelaskan kepada konsumen tentang apa
itu incinerator (tempat pembakaran sampah, red.) tersebut, apa saja fungsinya,
apa saja bentuknya, secepat apa mampu membakar sampah menjadi abu, dan
sebagainya.
“Kami
juga berkreasi dalam bentuk sehingga tidak monoton dan konsumen pun
menyukainya. Di samping itu, masing-masing tipe incinerator buatan kami
memiliki kelebihan,” jelas Yotty, yang telah bergelut dengan bisnis keramik
printing selama hampir 30 tahun. Sekadar iniformasi, incinerator yang berbahan
bakar gas dan listrik ini, dibuat oleh perusahaannya yaitu PT Global Cilegon
Banten, memiliki aneka bentuk, seperti kubus, silinder, dan persegi empat.
Sedangkan cerobongnya dapat ditempatkan di tengah atau di pinggir, sesuai
dengan keinginan konsumen.
Incinerator
ini, ia melanjutkan, mampu membakar sampah dalam suhu tinggi yaitu 1.500° C
hingga 2.500° C. “Tapi, titik leburnya macam-macam, tergantung dari sampah apa
yang akan dibakar. Misalnya, sampah yang berwujud ganja, cukup dibakar dengan
suhu 700° C. Sedangkan ekstasi membutuhkan suhu 1.000° C untuk melumatkannya,”
ungkapnya. Incinerator yang berkapasitas satu hingga empat ton ini, juga dapat
digunakan untuk memusnahkan sampah rumah sakit (khususnya sisa-sisa organ
tubuh), sampah basah, sampah kering, sampah organik, sampah non organik,
penyakit tumbuhan (yang mungkin tidak berbahaya bagi manusia, tapi mematikan
bagi tanaman-tanaman lain), serta bangkai binatang dan kotorannya yang
mengandung virus atau bakteri berbahaya (virus flu burung, misalnya).
YottyUntuk
membakar sampah pada umumnya, ia menambahkan, dibutuhkan waktu maksimal lima
jam. Sedangkan untuk sampah narkoba, diperlukan waktu satu hingga dua jam.
“Dengan ketentuan, jika akan membakar sampah basah, jangan semua sampah basah
dimasukkan ke dalam incinerator. Sebab, akan susah dibakar. Yang harus
dilakukan yaitu mencampurnya dengan sampah kering dengan kapasitas sampah
kering lebih banyak. Selanjutnya, susunannya diatur sedemikan rupa, sehingga
api dapat membakar dengan sempurna,” katanya.
Di
samping itu, ia melanjutkan, sebaiknya tabung hanya diisi ¾ dari kapasitasnya.
“Bila sampahnya banyak, setelah melakukan pembakaran pertama dan sisa
pembakaran diambil, biarkan incinerator beristirahat selama satu jam dengan
cara didinginkan dengan blower yang terdapat di dalam alat ini juga. Sesudah
itu, gunakan untuk membakar sampah berikutnya. Demikian seterusnya,” jelasnya.
Sisa
pembakaran dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Tapi, hal ini tidak berlaku
bagi sisa pembakaran narkoba yang bentuknya seperti abu rokok itu. “Saya
sarankan untuk dikubur saja, karena tidak ada manfaatnya,” ujarnya. Sedangkan
asapnya setelah keluar sebagai hasil pembakaran pertama, akan dibakar lagi
dengan suatu alat yang juga terdapat dalam cerobong itu, sehingga
ternetralisasikan dan tidak berbahaya lagi. Sekadar informasi, khusus tentang
asap dari hasil pembakaran narkoba ini, telah mengalami uji coba dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan dinyatakan tidak mengandung apa pun lagi alias
aman.
Incinerator
yang dibuat oleh Yotty dibantu enam orang yang ahli dalam bidang casing, batu,
kayu, burner, pemasangan cerobong, serta umum, dan beberapa karyawan,incinerator
berikut bergaransi dua tahun untuk body frame, dan setahun untuk bahan bakunya yang
masih diimpor. “Menurut perkiraan saya, incinerator saya ini akan mampu
bertahan 50 tahun. Sebab, saya membuat casing-nya dengan besi terbaik.
Buktinya, ketebalan besi casing tempat pembakaran keramik saya hanya 3 mm dan
sampai sekarang (hampir 30 tahun) masih berfungsi dengan baik. Sedangkan
incinerator saya memiliki ketebalan besi 10 mm. Batunya saya letakkan vertikal
dengan ketebal 20 cm, padahal biasanya horizontal dengan ketebalan 5 cm. Lebih
dari itu semua, untuk membakar keramik dibutuhkan suhu 1.250° C, sedangkan
untuk sampah maksimal hanya 1.000° C,” jelasnya, tanpa bermaksud promosi.
Tidak
ada kendala? “Mungkin kendala justru muncul dari para pemakainya, yang kurang
paham bagaimana memakainya, meski peraturan pemakaian sudah saya tempelkan pada
incinerator tersebut. Mungkin juga pada harganya yang terbilang tidak murah,
sehingga tidak memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil, terutama rumah sakit,
untuk membelinya. Padahal, di luar kasusnya sebagai produk saya, incinerator
ini sangat bermanfaat. Bukankah sampah itu selalu ada?” kata wanita, yang dua
tahun lalu mendapat pesanan dua unit incinerator dari BNN (Badan Narkotika
Nasional).
Incinerator
Buatan Yotty
- Memiliki aneka bentuk, seperti kubus, silinder, dan persegi empat. Sedangkan, cerobongnya dapat ditempatkan di tengah atau di pinggir, sesuai dengan keinginan konsumen.
- Mampu membakar sampah dalam suhu tinggi yaitu 1.500° C hingga 2.500° C, tapi karena setiap sampah memiliki titik lebur yang berbeda-beda, sehingga tidak selalu harus setinggi itu suhunya.
- Dapat digunakan untuk membakar narkoba (ganja, ekstasi), sampah basah/kering, sampah organik/non organik, sampah rumah sakit, penyakit tumbuhan, serta bangkai binatang dan kotorannya yang mengandung virus berbahaya.
- Hasil pembakaran sampah (bukan dari narkoba) dapat digunakan sebagai pupuk.
- Asap yang keluar dari pembakaran narkoba tidak lagi berbahaya, karena mengalami dua kali pembakaran.
- Kapasitasnya 1–4 ton.
- Sampah biasa membutuhkan waktu pembakaran maksimal lima jam, sedangkan sampah narkoba sekitar 1–2 jam.
- Garansi lima tahun untuk body frame dan setahun untuk bahan bakunya.
- Dapat digunakan untuk membakar sampah sebanyak apa pun dalam sehari, masing-masaing dengan masa istirahat/pendinginan selama sejam.
- Berbahan bakar gas dan listrik
Cerita diatas merupakan yang menginspirasi kami dalam membuat incenerator dan menjadi acuan pula dalam pembuatannya pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar